https://www.beritaterkinidunia.online/ 2025-07-30T11:39:29+00:00 1.00 https://www.beritaterkinidunia.online/2025/07/kemlu-masalah-pasif-tanggapi.html 2025-07-30T11:39:29+00:00 0.80 Saat Pasukan Khusus AS Tidak berhasil Sadap Kim Jong-un lantas Hajar 3 Masyarakat Sipil Korut

Breaking News

Saat Pasukan Khusus AS Tidak berhasil Sadap Kim Jong-un lantas Hajar 3 Masyarakat Sipil Korut

 Saat Pasukan Khusus AS Tidak berhasil Sadap Kim Jong-un lantas Hajar 3 Masyarakat Sipil Korut

Saat Pasukan Khusus AS Tidak berhasil Sadap Kim Jong-un lantas Hajar 3 Masyarakat Sipil Korut

WASHINGTON - Ketidakberhasilan unit pasukan khusus Amerika Serikat (AS), Navy SEAL Tim 6 Red Squadron, dalam visi rahasia ke Korea Utara (Korut), sudah menjadi kabar berita media internasional. Unit itu merencanakan menyelusup ke Korut untuk menyadap komunikasi pimpinan negara itu, Kim Jong-un.

Operasi rahasia dan sulit yang tidak berhasil itu terjadi pada 2019, tetapi baru tersingkap oleh The New York Times dalam laporannya pada Jumat kemarin. Unit pasukan khusus itu berusaha menyelusup dengan kapal selam, namu kedapatan tiga masyarakat sipil Korut—yang pada akhirannya dihajar untuk hilangkan tapak jejak. Laporan interograsi The New York Times disokong dua lusin sumber yang ketahui operasi rahasia itu. 

Media itu rahasiakan sejumlah detil yang menurut beberapa wartawannya akan mencelakakan keamanan atau operasi di masa datang bila diutarakan. Saya Tidak Tahu Apapun Mengenai Itu Pentagon dan Gedung Putih sudah pasti bungkam saat diminta komentarnya atas operasi rahasia pasukan khusus itu. 

Presiden Donald Trump mengklaim tidak paham apapun mengenai operasi itu. "Saya tidak paham apapun mengenai itu," kata Trump ke reporter di Oval Office pada Jumat saat ditanyakan reporter mengenai laporan interograsi itu. "Saya harus cari tahu, tapi saya tidak paham apapun mengenai itu," tambah ia. "Saya dengarnya saat ini untuk pertamanya kali," tuturnya. 

Claim Trump berkesan ganjil karena operasi pasukan khusus AS di luar negeri cuma dapat terwujud dengan amanat presiden. Operasi tidak berhasil itu terjadi tahun 2019, yang maknanya saat kedudukan pertama Presiden Trump. Navy SEAL Tim 6 Red Squadron atau Group Peningkatan Perang Khusus Angkatan Laut ialah unit yang masih sama yang membunuh pendiri al-Qaeda, Osama bin Laden.

Berdasar laporan interograsi The New York Times, pasukan SEAL diberikan tugas untuk menyelusup ke pantai terasing di Korea Utara untuk memasangkan alat penyadap electronic yang bisa menyadap pesan dari Kim Jong-un. Ketika itu, kemelut di antara Amerika Serikat dan Korea Utara bertambah dengan Kim dan Presiden Donald Trump yang mengingatkan ada perselisihan berkaitan program nuklir Pyongyang. 

Trump sudah berkali-kali memakai Twitter, yang sekarang namanya X, untuk keluarkan teror ke Kim Jong-un. Tatap muka pucuk ke-2 pimpinan di tahun 2018 mengidentifikasi interval dalam eksperimen senjata nuklir dan rudal, dan ke-2 pimpinan sedang menyiapkan tatap muka pucuk ke-2 , saat itu di Hanoi pada Februari 2019. Militer diberikan tugas untuk memasangkan alat penyadap supaya AS bisa mendapat informasi intelijen yang lebih bagus saat sebelum tatap muka itu. 

Berdasar laporan itu, Trump menetapkan visi itu, memerintah personil militer AS untuk menyelusup ke negara berdaulat yang sepanjang sejumlah dasawarsa sudah siap-siap untuk diawalinya lagi perang di semenanjung Korea menantang pasukan Korea Selatan dan Amerika Serikat. Instruksi Operasi Khusus Kombinasi menyiapkan operasi besar yang mengikutsertakan kapal selam, SEAL Tim 6, Team Kendaraan Pengangkutan SEAL 1, dan sejumlah asset militer yang lain termasuk kapal dan pesawat Angkatan Laut yang bawa pasukan operasi khusus tambahan yang ditaruh sebagai cadangan. Ada permasalahan langsung ada. 

Karena keamanan Korea Utara, pasukan SEAL harus terjun bebas, tanpa drone atau pesawat di atas kepala yang siarkan gambar atau informasi intelijen. Sesudah dikeluarkan, pasukan SEAL beberapa akan bekerja sendiri. Di awal 2019, pasukan SEAL dikeluarkan dua kapal selam mini dari sebuah kapal selam Angkatan Laut. Mereka parkir sekitaran 100 yard dari pantai di bawah air—salah satunya harus putar kembali sesudah melalui titik pendaratan—dan berenang merapat, kadang-kadang melihat ke atas air. 

Tetapi, sebuah perahu kecil yang bawa 3 orang dengan baju selam telah ada di titik pendaratan yang kosong. Perahu itu bergerak ke arah kapal selam dan seorang pria dengan baju selam lompat ke laut. Berdasar laporan The New York Times, seorang anggota SEAL senior dari team striker melepas shooting, dituruti oleh anggota SEAL yang lain.

Ke-3 masyarakat sipil Korut itu, yang disebut nelayan di atas kapal meninggal dihajar dan visi SEAL diurungkan. Beberapa anggota SEAL menenggelamkan mayat-mayat itu ke dasar laut dan kembali lagi ke kapal selam. 

Baca Juga : Mantan Bodiguard Korut Ungkapkan Vila Rahasia Dinasti Kim: Bila Pimpinan Mati, Kami Juga Mati

Selanjutnya ditegaskan jika ke-3 orang yang meninggal ialah nelayan sipil. Baik Pyongyang atau Washington tidak memverifikasi operasi yang tidak berhasil tersebut—masih belumlah jelas apa Pyongyang sudah mengetahui operasi tersebut. Kim Jong-un dan Trump berjumpa sepanjang 2 hari di akhir Februari di Hanoi dan satu kali lagi pada musim panas di Zone Demiliterisasi Korea. Saat Presiden Joe Biden memegang di tahun 2021, ia dan menteri pertahanannya, Lloyd Austin, memerintah penyidikan atas visi tahun 2019. 

Anggota-anggota kunci Konferensi selanjutnya dikasih tahu mengenai penemuan itu. Laporan The New York Times mengutarakan infiltrasi lain oleh SEAL dua dasawarsa sebelumnya. Menurut media massa itu, sebuah team Navy SEAL seberang ke Korea Utara di tahun 2005 atas perintah dari Presiden George W Bush waktu itu. Korea Utara masih tetap menjaga program nuklirnya. Negara ini diyakinkan mempunyai sejumlah lusin hilir ledak nuklir.

0 Comments

© Copyright 2022 - Seputar Berita Dunia